Rabu, 02 November 2011

RINGKASAN
 SEJARAH SOSIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( INOVASI DAN KEBIJAKAN)
“METODE, SISTIM, AN MATERI PENDIDIKAN DASAR (KUTTAB) BAGI ANAK-ANAK PADA MASA DAULA ABBASIYAH (132 H/750 M-232 H/847 M)”
(oleh : Kaharudin )


Menurut Islam, manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT. yang paling dimuliakan oleh-Nya melebihi mahluk-mahluk yang lainnya. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanya yang artinya:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam. Kami angkat mereka di daratan dan dilautan. Kami beri mereka rezeki yang baik-baik kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang semurna atas kebanyakan mahluk lain yang telah kami ciptakan. (Q.S.17: 17)
Kelebihan manusia diantara mahluk lainya ialah mempunyai akal dan daya kehidupan yang dapat membentuk peradaban. Oleh Imam Santoso, disebut dengan istilah pendidikan, pendidikan adalah suatu esensialbagi manusia, melalui pendidikan,manusia belajar mempelajari alam semesta demi mepertahankankehidupannya, karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting dan tinggi. Antara lain dalam surat al-Mujadalah Allah berfirman yang artinya:
“Allah akan meninggikan derat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat. (QS.Almujadalh,58: 11)
Umat manusia dalam sejarah telah memperlihatkan tentang pentingnya pendidikan, dimana sejak dari masa Rasul hingga masa sekarang ini. Kegiatan yang dilakukan Rasulullah seperti mengadakan Ta’lim (pembelajaran) kepada para sahabatnya, guna mengetahui ajaran-ajaran Islam, sehingga Rasul membua kompleks belajar Dar-al-Arqam, ini semua merupakan salah satu bukti sebesarnya perhatian Rasul terhadap pendidikan.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, pendidikan dan pengajaran terus berkembang, masa Bani Umayya, masa Bani Abbasiyah. Pada masa awal Daulat Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesatdiseluruh negara Islam sehingga lahir madrasah-madrasah yang tidak terhitung banyaknya, bahkan madrasa berdiri pada kota sehingga ke desa.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tetunya diperlukan metode,sistim, dan materi pendidikan. Pertanyaan kemudian bagaimana dngan metode, sistim, dan materi pendidikanyang digunakan pada masa klasik lebih baik dan lebih efektif atau lebih buruk dan kurang efektif yang digunakan pada masa sekarang ? untuk mengetahui masalah inilah tulisan dibuat guna mengetahui secara khusus bagaimana metode, sistim dan materi pendidikan dasar (kuttab) pada masa klasik (pada masa awal Daulat Abbasiyah) ?
SEKLAS TENTANG DAULA ABBASIYAH
            Daulah Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas paman Rasulullah, yaitu: Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Al-Abbas. Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintah yang diterapka berbeda-beda sesuai dengan politik, sosial, kultur budaya yang terjadi pada masa-masa tersebut. Kekuasaan Daulat Abbasiyah dibagi dalam lima periode, yaitu:
1.      Periode I (132 H/ 750 M-232 H/847 M), Masa pengaruh Persia pertama
2.      Perode II (232 H/847 M-334 H/945 M), Masa pengaruh Turki pertama
3.      Periode III (334 H/945 M-447 H/1055 M), Masa kekuasaan Dinasti Buwaih,i pengaruh persia kedua
4.      Periode IV (447 H/1055 M-590 H/1194 M), Masa Bani Salju, pengaruh Turki kedua.
5.      Periode V (590 H/1104  M-656 H/1250 M), Masa kebebasan dari pengaruh dinasti  lain.

Dalam Abbasiyah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya pada periode I. Para Khalifah pada masa periode I dikenal sebagai tokoh yang kuat, pusat kekuasaan politik, dan agama sekaligus. Popularitas Daula Abbasiyah mencapai puncak pada masa Khliffah Kharun Ar-Rasyid (786 M-809 M), Dan putranya Al-Ma’mun digunakan unktuk kepentingan sosial seperti; lembaga pendidikan, kesehatan rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan.

PENGERTIAN KUTTA
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Kuttab adalah tempat belajar menulis. Dalam encyclopedia of islam and the muslim word dijelaskan Kuttab adalah: place of intruction... the informal schools aperated in mosques or theachers homes (Richard C. Martin).
Dalam insiklopedi Islam dijelaskan bahwa: Kutta adalah jenis tempat yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak. Di antara penduduk Mekkah yang mula-mula belajar menulis huruf arab di Kuttab ini ialah Sofyan Bin Umayyah Bin Abdul Syam dan abu Qais  Bin Abdul Manaf Bin Zuhroh bin kilab. Keduanya belajar dari Bisyr bin A. Malik byang mempelajari dari Hirah.
Pada akhir abad pertama hijriah mulai timbul jenis Kuttab yang disamping memberikan pelajaran menulis dan membaca , juga mengajarkn memb aca al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran agama, juga pengetahua-pengetahuan lainnya. Dengan demikia kuttab tersebut berkembang menjadi lembaga pendidikan dasar yang bersifat formal. Dalam hal ini Ahmad Syalabi menjelaskan sebagai berikut:
Imam Al-Gazali menganjurkan supaya anak-anak belajar di Kuttab itu al-qur’an dan cerita orang-orang saleh  dan orang-orang baik, kemudian beberapa pengetahuan, peraturan agama, sesudah itu sya’ir, tetapi anak-anak haruslah dijaga dari syair tentang rindu dan Asyk Maksyk. Ibnuh Maskawih menabahkan pokok-pokok ilmu ilmu hitung dan seikit dari kata bahasa.

METODE PENDIDIKAN
Pada masa Dinasti Abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: lisan, hafalan, dan tulisan.
1.      Metode lisan, berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi
2.      Metode menghafal, merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini, murid-murid harus membaca secara berulang-ulangpelajaranya sehingga melekat dalam benak mereka.
3.      Metode tulisan, dianggap metode yang paling penting pada masa ini . metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulamah.

MATERI PENDIDIKAN 
Disaat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi piihan materi pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi.
Materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) ialah:
1.      Al-qur’an
2.      Sholat
3.      Do’a
4.      Sedikit Ilmu Nahwu dan bahasa arab
5.      Membaca dan menulis
Sedangkan materi pelajaran Ikhtiari (pilihan) ialah :
1.      Berhitung
2.      Semua ilmu Nahwu dan bahasa arab
3.      Syair-syar dan
4.      Riwayat/ tarikh arab.
Menurut Hasan Abd Al-Ala, seorang ahli pendidikan islam alumni universitas thantha, dalam tesisnya menyebutkan ada tujuh lembagah yang elah berdri pada masa abbasiyah terutama pada keempat hijriah.ketujuh pendidikan lembaga tersebut.a. Lembaga pendidikan dasar (Al-Kuttab), b. Lembaga pendidikan dasar (al-masjid), c. Kedai pedagang kitab (Al-Hawanit Al-Warraqin), d. Tempat tinggalpara sarjana (Manazil Al-Ulama), e. Sanggar deni dan sastra (al-shaulanat Al-Adabiyah), f. Perputakaan dar al-kutub wa dar al-ilm), g. Lembaga pendidikan sekolah (Al-Madrasah).
Pengajaran pada tingkat kuttab meiputi :
1.      Membaca al-quran dan menghafalnya
2.      Pokok-pokok agama islam seperti ; wudhu, sholat, dan puasa
3.      Menulis
4.      Kisah (riwayat) orang-orang besar
5.      Membaca  dan menghafal syair-syair atau natsar-natsar (prosa)
6.      Berhitung
7.      Pook-pokok ilmu nahwau dan ilmu sharaf ala kadarnya
WAKTU BELAJAR PADA PENDIDIKAN DASAR (KUTTAB)
Waktu belajar di kuttab dilakukan pada waktu pagi hari hingga waktu sholat ashar mulai dari hari sabtu sampai dengan hari kamis.
Pembagian waktu bagi mata pelajaran tiap-tiap hari, biasanya digi tiga:
1.      Pelajaran al-qur’an dari pagi sampai dengan waktu dhuha
2.      Pelajaran menulis dari waktu dhuha sampai waktu zuhur, setelah itu anak-anak diperbolehkan pulang kembali kerumahnya masing-masing untuk makan siang; dan
3.      Pelajaran ilmu yang nahwu, bahasa arab, syair-syair, berhitung (riwayat atau tarikh) dimulai setelah zuhur sampai ashar.
PERIODESASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Secara garis besar harun nasution membagi searah islam kedalam tiga periode, yaitu; klasik,pertengahan, dan modern.
Kemudian perincian dibagi menjadi 5 masa, yaitu:
1.      Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW. (571-632 M)
2.      Masa hidupnya Khulafa Rasyidin (631-661 M )
3.      Masa hidupnya Daulah Umayyah di Damsyik (661-570 M)
4.      Masa hidupnya Daulah Abbasiyah di bagdad (750-250 M)
5.      Jatuhnya kekuasaan Khalifah di bagdad (1250 M sampai dengan sekarang)
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa, Kutta sebagai tempat proses pendidikan anak-anak pada masa pra-Islam sampai sekarang, dan di samping itu juga para guru dapat menerapkan metode-metode pendidikan/pengajaran yang sesuai dengan kondisi pada masa itu, yaitu: a. Metode lisan; dalam bentuk ditke (imla), ceramah, qira’ah, dan diskusi; b. Metode menhafal, yang merupakan ciri umum dalamsistim pendidikan; c. Metode tulisan; merupakan metode yang paling penting dalam proses belajar mengajar pada masa ini merupakan pengkopian karya-karya ulama.
Sedangkan materi pandidikan dasar terbagi menjadi dua bagian,yaitu; yang bersifat wajib/ijbari       
Materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) ialah:
1.      Al-qur’an

2.      Sholat
3.      Do’a
4.      Sedikit Ilmu nahwu dan bahasa arab
5.      Membaca dan menulis
Sedangkan materi pelajaran ikhtiari (pilihan) ialah :
1.      Berhitung

2.      Semua ilmu nahwu dan bahasa arab
3.      Syair-syar dan
4.      Riwayat/ tarikh arab.






Selasa, 01 November 2011

TEOLOGI PEMBEBASAN


PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM
MENUJU TEOLOGI PEMBEBASAN
 (ASGHAR ALI ANGINEER)
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ishomuddin, M. Si






Disusun oleh:
KAHARUDIN
201020290211025
PASCASARJANA
MAGISTER ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MENUJU TEOLOGI PEMBEBASAN
(ASGHAR  ALI ENGINEER)



Pendahuluan
Adalah fakta bahwa kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertindasan, ketidakadilan, dan semacamnya hingga tingkat tertentu masih merupakan realitas keseharian sebagian besar umat Islam di banyak belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Banyak hal bisa dituding sebagai sebab, baik berupa anasir absolut maupun struktural-sistemik. Namun, terlepas apapun prime cause dari realitas dimaksud, impotensi umat Islam menghadapi kenyataan itu tentu ironis demi menyadari betapa sesungguhnya Islam sarat akan spirit revolusioner, nilai-nilai moral yang membebaskan, yang mendorong ke arah terciptanya tatanan hidup yang lebih baik, layak, dan manusiawi.
Banyak alasan yang bisa disebut mengapa ketakberdayaan itu tak kunjung usai. Salah satunya ialah ketiadaan motivasi religius. Sejauh menyangkut élanvital ajaran Islam sendiri, fakta ketakberdayaan umat itu memang berkait rekat dengan ketiadaan motivasi religius yang mampu berperan sebagai motivator perubahan, yang berperan transformatif dan menggerakkan mereka untuk membebaskan diri dari serimpung realitas sosial tak mengenakkan. Di situ kuncinya. Ketiadaan motivasi religius itu membuat apa yang disebut transformasi sosial1 nyaris tak pernah berlangsung secara signifikan di dunia Islam, termasuk Indonesia!
Dalam kerangka itulah studi ini bermaksud menggagas suatu reformulasi paradigmatik dari apa yang dikehendaki di sini sebagai teologi Islam transformatif-membebaskan. Studi ini sendiri merupakan sebuah library research (penelitian kepustakaan). Ia dilangsungkan dengan desain library research (penelitian kepustakaan). Data critically dipulung dari berbagai sumber, antara lain teks-teks al-Qur’an dan al-Sunnah yang mengandung spirit pembebasan, literatur yang berkait langsung dengan wacana teologi pembebasan Amerika Latin, aneka buku/kitab yang mengungkap realitas teologi Islam klasik (‘ilm alkalâm), dan yang mengulas beragam discourse seputar sosialisme, kapitalisme, dan marxisme. Proses akumulasi data dilakukan dengan penggunaan content analysis (analisis isi) untuk selanjutnya, setelah terhimpun, didekati secara kritis dengan metode hermeneutik dan deskriptik.

Pembahasan
a.   Kondisi Sosio-Politis
Konstruksi sebuah gagasan atau pemikiran, sebagaimana di nyatakan karel stenbrink, merupakan hasil dari proses dialektika, komunikasi dan ekspresi subjek dengan realitas sosialnya. Artinya mengkonstruksi sebuah pemikiran seseorang, pelacakan melingkupinya merupakan sebuah keniscahayaan. Dalam dan pemahaman akan situasi dan kondisi sosial yang konteks ini, untuk mengetahui secara tepat konstruksi pemikiran yang dibangun Engineer, pelacakan latar sejarah dan karir intektualnya menjadi sesuatu yang mesti dilakukan.
Engineer lahir pada 10 Maret 1940 di India, tanpa informasi yang jelas tentang daerah tempat Engineer lahir dan banyak menghabiskan hari-harinya dikenal sebagai lahan produktif bagi tumbuhnya pemikiran-pemikiran kritis dan liberal. Di daratan ini lahir para pemikir besar dalam konteks dalam pemikiran Islam modern, seperti Syah Wali Allah, Sir Sayyid, Amir Ali, Parwez, Abu Kalam Azad, Iqbal dan Fazlur Rahman. Realitas ini secara geo-sosiologis menguntungkan karena memudahkan Engineer untuk mengakses pemikiran-pemikiran sehingga tidak mengherankan jika kemudian pemikiran Engineer banyak bersentuhan dan di warna pemikiran-pemikiran tokoh seperti Iqbal dan Abul Kalam Azad. [1]
Melirik tahun kelahirannya, dapat di pastikan bahwa kondisi sisio-politik di India saat itu saat di warnai ketegangan antara Hindu dan Muslim dalam perbuatan otoritas politik, setidaknya, ada dua hal yang mendasar yang memicu munculnya ketegangan tersebut. Pertama, munculnya kesadaran komunisme pada masyarakat Hindu dan Muslim sebagai akibat keberhasilan kebijakan politik fregmentasi kebijakan politik yang memberlakukan sistim pemilihan yang membagi India menjadi komunitas Muslim dan Hindu yang dijalankan Inggris. Kedua, adanya sikap yang saling curiga dan kesalahpahaman diantara ke dua komunitas tersebut. Para pemuka muslim mencemaskan bahwa pihak Hindu sebagai kekuatan mayoritas akan mengeksploitasiakan merendahkan pihak Muslim. Sebaliknya, para pemuka hindu menduga bahwa pihak Muslim tengah mencari kesempatan untuk meneguhkan kembali supremasi politik mereka di India. Perseteruan ini kemudian mendorong dan memunculkan berdirinya negara Pakistan yang mayoritas Islam pada 14 Agustus 1947 dan negara India yang mayoritas Hindu pada 15 Agustus 1947.[2]
Walaupun komunitas Islam  telah mendirikan negara sendiri, bukan berarti di India tidak terdapat komunitas Muslim. Sebagaimana dicatat lapidus dalam A Hitorys of  Islamic socielities, masyarakat muslim sebagai warga minoritas di negara India menempati posisi yang sangat memprihatinkan. Mereka menjadi masyarakat yang terarginalkan dalam politik, pendidikan, ekonami, sosial, maupun pemerintahan. Realitas ini pada gilirannya berpengaruh kepada corak keberagamaan dan sosial mereka, yaknik menjadi bersifat konservatif dan lebih tradition minded. Tokoh-tokoh Muslim India lebikh menekankan komitmet keagamaan individual dan menghadirkan Islam dalam terma ”ketaatan” serta berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional.